Pursue the Dream

(susah amat nyari judul, ambil judul film aja..)

20 puluh tahun lalu…

Waktu itu rumah masih ramai, hampir semua anggota keluarga masih di rumah…..belum banyak yang berkeluarga…..setiap orang mempunyai tugas masing-masing. Ada yang tugasnya mencuci piring, membersihkan rumah, memberi makan bebek, ikan, ayam dan sapi di halaman rumah. Ada juga yang menanam sayur….kedengaran seperti rumah yang menyenangkan, padahal memang harus begitu kalau mau survive dengan begitu banyak (di atas 10 orang) yang hidup di dalamnya….

Di rumah...menurut bapak, derajat benda berada di bawah manusia. Apapun itu. Seperti tembok yang boleh di coret-coret oleh adik-adik. Atau sandal yang boleh di bawa masuk karena dingin, dan lain-lain. Aturan yang zaman itu sangat menjengkelkan.
Biasanya saya dan kakak bergantian bertugas ngepel rumah…dan suatu hari saya yang bertugas mengepel rumah dan salah seorang kakak saya yang kedinginan masuk dengan sandal. Saya mencak-mencak sambil teriak “rumah sudah jelek setidaknya bersih!!”
Bapak saya sedang membaca Koran pada saat itu, kata rumah jelek yang saya lontarkan rupanya mengganggu dia. Saya masih ingat sampai saat ini, sorot matanya yang mungkin terluka dengan kata-kata saya. Tapi karena dia biasanya suka membentak kalau ada hal yang tidak dia setujui jadi menurut saya itu tidak masalah. Tapi kenapa sorot mata itu terus menghantui saya.

Sekarang….saya yang sedang berencana membangun sebuah ‘tempat berteduh’ kecil untuk saya dan anak saya. Dan sekarang saya benar-benar tau apa kata-kata yang tidak sempat bapak ucapkan saat itu. Menghidupi 15 bersaudara tidaklah gampang. Apalagi harus di tambah dengan 1 anak super cerewet seperti saya yang suka menghina-hina rumah jelek….

Ternyata sangat tidak gampang untuk membuat tempat berteduh itu. Sedangkan untuk single parent dengan ekonomi lemah lembut seperti saya dengan 1 anak saja sudah cukup bikin sport jantung, bagaimana dengan bapak saya dulu….

Dan tanpa saya sadari, saya tumbuh sebagai orang yang mirip sekali dengan bapak saya. Tidak kenal basa basi apalagi penghalusan kata, setidaknya kata teman-teman kerja itu jadi trade mark saya (walaupun saya sangat tidak menginginkan trade mark “aneh” seperti itu), tapi harus saya akui bahwa mereka benar. Saya mungkin perlu ke Solo untuk belajar sopan santun berkata-kata, tapi masalahnya saya adalah pengagum orang-orang Sumatera dan menurut saya kalau dari dulu Negara kita di pimpin oleh orang Sumatera mungkin sudah lebih kencang dari sekarang majunya, karena setidaknya mereka agak kurang basa basinya…(tidak butuh koreksi, saya sudah ribuan kali di koreksi untuk pendapat saya ini).

Mungkin pendapat yang bilang bahwa jika kau sangat tidak menyukai seseorang, kau sebenarnya menyimpannya dalam hatimu, tunggu saatnya saja, kau beubah menjadi seperti dia, atau kau akan memilih pendamping yang seperti dia. Untuk urusan pendamping ini kita skip saja, karena saya belum beruntung juga sampai saat ini hehehe..

Balik lagi ke buat tempat berteduh untuk masa depan tadi…..rencana membangun sudah ada sejak saya di pindahkan ke Flores bulan Maret lalu, tapi apalah daya, daya tarik bir bintang dan Marlboro merah ternyata lebih kuat dan akhirnya bahkan fondasinyapun tidak sanggup saya bangun. Dan sekarang musim hujan pun datang dan saya yang sangat moody ini tiba-tiba dengan semangat 45 bilang sekarang mulai di bangun. Semua teman-teman berkerut heran, kan musim hujan? Tapi ya itu tadi dasar keras kepala dan egois tingkat dewa, saya tetap jalan…paling tidak kalau saya liat fondasinya saya mungkin akan dengan semangat 45 akan berhenti rokok dan minum bir (kecuali kalau di traktir J).

Dan sekarang pembangunan di mulai dan apa yang terjadi? Saya yang ceroboh ini tidak memperhitungkan budget dan keadaan financial saya yang sebenarnya lemah lembut. Lalu saya mulai bermimpi dan berharap keajaiban dan bantuan alam semesta sambil membayangkan sorot mata ayah saya pada sore itu….

Saya mulai di hantui rasa khawatir sambil berkhayal…seandainya dulu saya menikah saja, seandainya dulu saya ke Amerika saja dan tidak perlu di wisuda karna ingin mewujudkan mimpi mama yang pengen punya anak sarjana, seandainya dulu saya jual saja tanahnya seperti saudara-saudara yang lain…tapi tidak! Saya harus bangun tempat berteduh disini!! Setidaknya jika suatu hari nanti saya sudah lelah berjalan-jalan , saya punya rumah untuk saya pulang. Sebuah rumah yang mengikuti keinginan saya! Saya bisa memasak (?) ok…iya..nanti saya belajar memasak!...atau berkebun dan memelihara seekor anjing penjaga….


Engkau adalah putra jagat raya yang tidak kalah istimewa dengan pepohonan rindang dan gemerlap bintang; engkau berhak menikmati keberadaanmu di dunia.

Dan meskipun kadang tidak jelas bagimu, jangan pernah ragu bahwa jagat raya menyibakkan misterinya untuk mendukungmu sebagai mana mestinya.(Desiderata)


Labuan Bajo, hujan bulan desember 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oleh-oleh dari Ruteng