International Visitor Leadership Program USA (1)

Kabar terpilih jadi anggota Indonesia Leadership Visitor Program pertama kali saya tau bulan Januari tahun 2017. Tanggal 4 kalau tidak salah, setidaknya bergitu menurut status FB yang saya buat.
Dinominasikan tahun 2016 bulan February, saya menunggu dengan sabar hampir 1 tahun. Sudah sempat balek dari Australia malah . Niat ke Amerika malah kepilih ke Australia. Rencana semesta selalu lebih indah. Teringat hari saat di telp tentang kabar baik itu, saya sedang di tengah laut di atas kapal, dan pas di telp saya berteriak kegirangan dan hampir jatuh dari kapal. Orang-orang dari kapal sekitar melihat saya yang melompat lompat seperti anak kecil dengan keheranan. Mungkin dikira gangguan syaraf. Tapi tidak apa-apa. Ada rasa bangga, senang, mimpi masa kecil yang menjadi nyata. Sering disumpahin waktu kecil gara-gara sering ngomong “di Amerika tidak begitu” membuat kakak saya sering bilang “kau pergi ke Amerika sana.” Sesaat setelah kegirangan itu semua, tiba-tiba ada saat hening. Teringat (alm) Arie Saridin. Kami sama-sama dinominasikan saat itu. Beliau “mengalah” dan pergi menghadap Tuhan, dan saya terpilih berangkat sendiri.
Hari-hari berikutnya dijalani dengan menghitung waktu mundur yang terasa berabad-abad lamanya. Tapi karena kesibukan mengurus perusahaan yang sedang membereskan banyak masalah, waktu tidak terasa berlalu. Apalagi penutupan program Australia Awards masih berlangsung di bulan Februari dan masih sempat jalan-jalan ke Vietnam juga mengisi waktu liburan. Sempat jadi pembicara di @america juga, dengan pak Duta besar yang suprise ternyata salah satu pembicara hari itu adalah nominasi IVLP 2017. Kegiatan demi kegiatan berlangsung sampai saatnya interview visa. Seperti biasa, selalu last minute person. Lupa buat foto pas. akhirnya foto pake hp, diprint pake kertas foto. dasar printernya jelek, hasilnya juga pasti jelek. Sebelum berangkat ke Surabaya, sempat di kasih saran untuk hotel yang akan ditinggali di Surabaya. Saya memilih dengan acak. Ternyata hotel yang saya pilih adalah sebuah residence, tempat tinggal seorang laki-laki angkatan udara USA yang pertama kali mengajarkan saya menyelam, beberapa tahun silam. sebuah kebetulan yang manis.
Tiba saatnya interview visa, baru pertama kali mengenal yang namanya interview visa. soalnya ke Australia semuanya diurusin. Jadi waktu melihat ketatnya pengawasan di Konjen US Surabaya jadi agak heran juga, walaupun sudah dengar banyak cerita tentang itu juga. Pada saat melihat foto pas hasil print printer biasa itu, pak security itu sudah yakin sekali kalau visa saya akan ditolak. Tapi saya berdandan persis dengan di foto itu, lengkap dengan poni ajaib. Dan benar saja, saya yang seharusnya didampingi karena anak program malah langsung nyelonong saja masuk. Modal bahasa Inggris lumayan membantu. Visa aman. Saatnya pulang dan siap berengkat. Tidak ada cerita tentang baju baru atau sepatu baru.
Lalu tibalah hari berangkat itu. Labuan Bajo-Surabaya-Hongkong-Los Angeles-Washington DC. Benar-benar seperti mimpi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oleh-oleh dari Ruteng