RPI (Reduce Plastic)

Reduce the plastic now, if you don't, the planet earth will standing still, but species of human will disappear...

Semenjak Komodo menjadi salah satu New 7 Wonder of Nature, Labuan Bajo sebagai salah satu pintu masuk wisatawan ke pulau Flores menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan baik domestic maupun manca Negara. Seiring dengan mobilitas manusia yang begitu tinggi, baik itu sebagai wisatawan maupun pengusaha atau pedagang yang berinvestasi di daerah ini masalah sampah plastik merupakan salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak.
Plastik dikatakan masalah,karena plastik merupakan material yang tidak dapat dihancurkan oleh organisme (non bio-degradable), sehingga bersifat tahan lama (persistent). Walaupun saat kini (terutama di negara maju) bahan-bahan sintetik sudah dibuat lebih bersifat dapat didaur kembali (recycable) namun dari sekian jumlah tipe plastik ‘hanya’ mendaur ulang sampah plastik dengan tipe polyethylen terephtalate (PETE), contohnya botol softdrink, jus dll dan high-density polyethylene (HDPE), contohnya kemasan susu, air, dsb.
Sifat material plastik yang tahan lama, ditambah lagi sifat lainnya yaitu ringan sehingga mudah mengapung menyebabkan dampak sampah plastik yang umum diketahui masyarakat ialah efeknya dari segi estetika.
Selain dampak sampah plastik dari segi estetika seperti disebutkan di atas, tidak banyak orang yang menyadari bahwa sampah plastik menimbulkan berbagai macam permasalahan di pesisir dan lautan. Juga, tidak semua orang menyadari bahwa sampah plastik yang dibuang di jalan atau tanah suatu saat dapat sampai ke laut baik melalui saluran-saluran got ataupun langsung ke laut sebagai akibat siraman hujan dan atau tiupan angin.
Penyelam juga dapat terkena resiko apabila gagal melepaskan lilitan jaring plastik di bawah air. Masalah ini bahkan dapat menyebabkan kematian mengingat oksigen yang dibawa penyelam terbatas.
Pada peringatan Hari Lingkungan Sedunia, United Nation of Environmental Program (UNEP) menyajikan fakta bahwa setiap tahunnya di seluruh dunia, sampah plastik membunuh hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya. Marine Mammals Comission (1998) memaparkan bahwa terdapat sekitar 267 jenis biota laut yang dilaporkan terjerat atau tertelan sampah ploastik.
Yang menjadi kendala dalam manajemen sampah di Labuan Bajo adalah, sampah hanya di pindahkan dari pemukiman ke TPA. Status TPA sampai saat ini masih dalam tahap pembebasan lahan. Belum adanya proses rutin pengumpulan  dan pengiriman sampah yang bisa membawa sampah plastic keluar dari tempat ini juga menjadi salah satu kendala. Hal ini berbeda dengan Kabupaten Ende yang memiliki Bank Sampah yang di kelola secara professional oleh pemerintah melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota, dimana secara rutin setiap 4 bulan sekali, kapal pengangkut akan mengangkut sampah yang bisa di daur ulang, untuk diproses di perusahaan daur ulang di Surabaya.
Melihat begitu besarnya potensi sampah plastik dalam penurunan populasi ikan dan organisme-organisme laut serta dampak lainnya pada aktivitas nelayan, perkapalan, penyelaman dan pertambakan, maka tidaklah berlebihan jika segala bentuk program pencegahan pencemaran sampah plastik, di antaranya kampanye dan aksi penanggulangan dan pembersihan lingkungan termasuk pantai selayaknya digalakkan oleh pemerintah dan masyarakat secara proaktif terlibat.
Penyediaan tempat sampah tentu saja sangat vital. Tidak hanya di pinggir jalan, pemukiman tengah kota dan pantai wisata yang selama ini dilakukan oleh pemerintah namun penyediaan tempat sampah dan pengumpulannya juga harus dapat menjangkau kawasan pelosok terutama di daerah pinggiran pantai yang padat penduduk...
Menyadari keterbatasan pemerintah dalam hal sumber daya seperti anggaran dan peralatan, maka adalah sebuah langkah yang bagus telah di lakukan pihak swasta di Labuan Bajo dengan menyumbangkan ratusan unit tong sampah kepada pemerintah untuk di distribusikan kepada warga di wilayah Labuan Bajo dan pulau Komodo serta pulau Rinca. Serta beberapa unit Arm Roll container, mengingat jumlah Pasukan Kuning di Labuan Bajo sangat terbatas serta truck pengangkut sampah yang lebih sering bermasalah, sehingga dengan armroll container, kerja Pasukan Kuning menjadi semakin mudah.
Langkah kecil yang positif adalah menganjurkan tempat pengisian ulang (refilling water station) di beberapa titik penyebaran wisatawan, karena mengingat Labuan Bajo dan sekitarnya sangat terkenal dengan diving spotnya,
Langkah yang bagus untuk menempatkan gallon-galon tempat isi ulang air minum, karena kebanyakan para penyelam membawa bottle mereka sendiri kemana-mana.
Harapannya adalah ke depannya akan semakin banyak organisasi yang ikut berpartisipasi secara aktif dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya sampah plastic di wilayah ini dan pemerintah daerah bisa lebih proaktif dalam mengatasi masalah ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oleh-oleh dari Ruteng