TIwusora-Murusobe 2D/2N




Apa yang ada di pikiran anda melihat foto di atas? Indah bukan tanah air Flores tercinta? Indah banget....Saya senang sekali waktu teman saya Mateus  memutuskan untuk melangsungkan pemberkatan nikah di air tejun kembar "Murusobe" yang ada di foto di atas. Meskipun untuk sampai di sana, bukan perkara mudah untuk orang yang tidak atau belum terbiasa dengan treking yang memakan waktu cukup lama. Objek di atas terletak di 2 kabupaten dengan sekali jalan. Danau, Kuda-kuda dan hutan yang ada saya :), itu terletak di Kabupaten Ende, sisanya ada di kabupaten Sikka. Sebenarnya cerita awal karena melihat fot teman saya, ada foto danau, dan ada foto air terjun kembar.  Tapi dia datangi tempatnya satu-satu. Saya lalu bertanya2 apa mungkin untuk datangi 2 tempat itu dengan sekali jalan? Dia lalu memberi informasi, itu mungkin saja. Tapi, saya belum yakin. Saya lantas berpikir kenapa tidak saya coba saja? Toh di Bali saya sudah pernah berjalan kaki dari Panji, Singaraja sampai Denpasar selama 3 hari. (kurang kerjaan banget ya?). Lalu saya cerita ide ini ke seorang teman nama Nyoma.  Ok, lalu jalanlah kita. Dasar idiot, saya meng-under estimated jalur tersebut dan tidak memakai sepatu treking, malah pakai sepatu converse andalan  yang ternyata di musim hujan, licinnya minta ampun. saya mungkin terpeleset lebih dari 20 kali. Tapi saya akan di baptis ulang kalau menyerah (ganti nama hehehehe...).

Danau Tiwu Sora


Perjalanan di mulai dari Maumere dengan diantar teman kurang lebih 45 menit ke arah desa Pise, nah kalau kita bawa kendaraan biasanya di parkir di situ. Ada sekolahan di situ. Dari Sekolah itu kami mulai berjalan kaki melewati padang rumput sekitar 30 menit sebelum kita memasuki hutan pertama. Hutan itu bisa di lewati 1,5 sampai 3 jam tergantung kecepatan kita. Nah, setelah keluar dari hutan pertama itu kita memasuki padang rumput nan luas seperti yang ada di foto di atas, dengan pemandangan kawanan kuda dan sapi-sapi milik warga desa Deturia, tempat kami bermalam. Padang rumput itu bisa dilewati dengan 2 sampai 3 jam. Jadi kalau kita berangkat sekitar jam 8 pagi dari Maumere, kita akan makan siang setelah kita keluar dari hutan pertama. Tiba di desa Deturia (wilayah administratif Kab. Ende) sore hari, kami langsung ke rumah Kepala Desa setempat dan minum kopi di sana. Seperti biasa, setelah jadi tontonan, karna Deturia itu desa sekali dan jarang ada yang berkunjung, apalagi perempuan muda yang suka minum moke :) lalu kamipun bermalam di situ. Karna berada di dataran yang cukup tinggi, Deturia cukup dingin di malam hari. Dan pada saat seperti itu Moke (minuman khas local, mirip arak di Bali) sangat membantu menghangatkan badan. Malam itu kami makan malam dengan menu daging babi hutani.Seperti biasa, orang desa bangunnya pagi sekali, dan sayapun ikut bangun karena saya mau ikut berpartisipasi buat sarapan pagi, cuci piring. Rasanya tidak enak kalau ke desa jadi tamu yang duduk manis dan hanya menerima suguhan saja. setidaknya tidak buat saya.
Lalu tiba saatnya kami berpamitan karena harus melanjutkan perjalanan ke air terjun kembar Murusobe. Setelah berpamitan dengan seisi rumah, kamipun berangkat dengan di temani anak desa (seumuran SD kelas 5) , yang di mintai tolong sama kepala desa untuk menemani kami. Perjalananpun di lanjutkan dengan medan naik turun gunung yang tidak terlalu tinggi. Melewati Danau Tiwu Sora. Capek benar2 terbayar dengan pemandangan yang sangat indah dari ketinggian. Makan siang bermodal roti dan selai, kami meneruskan perjalanan, dengan total 2 hutan yang harus di lewati. Melewati hutan kami di suguhi pemandangan sawah dan kebun, dengan petani yang sedang panen. Sangat menyenangkan menikmati pemandangan itu. Saya tidak sedang bergaya jadi orang kota, karna saya toh orang desa juga, cuma kebetulan bahkan di tempat saya berasalpun pemandangan seperti itu sudah jarang, kecuali kalau sedang ke kampung mama, yang emang biangnya sawah. Melewati beberapa jalur yang terjal setelah pontang panting akibat sepatu converse nan licin, tibalah kami di Desa Poma (wilayah kec. Tanawawo kab. Sikka), tempat air terjun kembar itu berada. Saya tiba disana sekitar jam 4 sore. Agak gelap karna tertutup hutan dan matahari yang kelihatan terbenam lebih cepat waktu itu. Dan ketika tiba disana, harapan saya bahwa bisa langsung melihat air terjunnya, ternyata meleset. masih harus buka sepatu licin tadi karena harus menyebrangi titian bambu nan kecil. sambil menahan takut karna melihat air di bawahnya cukup dalam, sayapun nekat. Sudah sejauh ini tak mungkin mundur. Daaaannn....sampailah kita di air terjun kembar itu. Benar-benar indah. Hilang semua capek dan pegal.
Berhubung hari sudah makin gelap, kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan. Dan saya melihat dompet, oh, ternyata uang cuma cukup untuk bayar ojek pulang. Mesti saya kasih apa nih anak desa? Berhubung sepatu converse kesayangan saya masih cukup bagus, dan merupakan salah satu benda kesayangan, maka hanya itu  dan sedikit uang saya bisa kasih untuk anak desa yang mengantarkan saya. Well, saya tidak bisa bayar jasamu dek, tapi saya rasa kita sudah bersenang-senang bersama sepanjang perjalanan. Di desa Poma, di kerubutin orang lagi. Di tanyain A-Z. Bukan pemandangan lazim perempuan nongol dengan celana pendek basah di hari yang gelap sambil merokok pula menahan dingin. Penduduk desa menawarkan penginapan dan makan malam, tapi karna sudah kadung capek saya memutuskan lanjut ke Renggarasi tempat yang ada jalan beraspal biar mudah mencari ojek keesokan harinya. Menginap dan makan malam di puskesmas atas kebaikan hati kenalan teman seperjalanan, esoknya kamipun balek ke Maumere. Perjalanan yang menyenangkan.....
Mau pengalaman "mahal" itu tak harus mahal....



foto-foto lengkap bisa dilihat dihttp://www.facebook.com/media/set/?set=a.1486955852646.67280.1196413739&type=3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oleh-oleh dari Ruteng