Merantau dalam kota (1)

Jaman dulu.... sekitar 17 tahun lalu, di kalangan kami, itu terkenal yang namanya BCA. Beer campur anggur. itu minuman andalan kalbe f*rma, kalau lagi tajir. kalau kere, cukupkan dirimu dengan arak saja. Saya termasuk yang suka minum jaman itu. apalagi buat anak2 yang merantau dalam kota istilah saat itu. merantau jauh-jauh ke Bali, sampai di Bali temannya itu-itu juga, seperti waktu dia masih di kampungnya.

Ceritanya ada pasukan berani mati seperti saya yang kere setengah mati. Well, saya harusnya tinggal dengan kakak saya yang serumah tapi kadang-kadang sampai 3 bulan tidak bertemu muka karena dia pergi subuh pulang larut. Saya kesepian dan kemudian ikut numpang di kos-kosan teman, alias merantau dalam kota. Tentu saja yang membayar cuma 1 orang. Yang punya kamar. 1 kamar 3x3 diisi 6 orang yang tidur seperti pindang. Apalagi abis minum BCA, kadang2 tersadar di pagi hari karena ada kaki di batang leher dan membuat tidak bisa bernapas.
Nah bayangkan tampang kamar yang berisi 6 dan kadang-kadang 8 orang itu. Mandi seperti angka 1. Gerak dikit kena handuk2 yang bergelantungan sepanjang sisi kamar mandi. belum lagi kalau malam, ada yang pasangan, dan jaman itu lagi ngetrend orang pakai gelang seperti dukun. Banyak dan berisik. Lalu gelang-gelang itu lupa dilepas dan si laki-laki yang mabuk menggerayangi pacarnya dalam gelap, dan gelang2 itu berbunyi seperti terompet neraka di telinga jomblo-jomblo yang kebetulan lagi nginap malam itu. saya pura2 mati!
Makan? jangan ditanya. muka sudah seperti indomie instan atau nasi jinggo. ini masalah prioritas kawan. hidup sudah susah. kalau punya duit belilah BCA, lalu makanlah nasi Jinggo.
Nasi Jinggo itu seperti nasi balap kalau di Lombok. Tdk se'pelit" sego kucingnya Jogya. Dibungkus daun pisang. harga, mungkin 1000 atau 2000 saat itu.
Suatu hari....kami lagi minum BCA, beberapa botol karena teman baru dapat kiriman. Waktu itu saya sudah bekerja di kantin bandara Ngurah Rai. belum punya kos. Saya ingat pergi melamar kerja pakai baju tetangga kamar, sepetu entah punya siapa, pokoknya rapi. Hitam Putih. Lipstik. Aih...saya keren rasanya hari itu. Masuk di By Pass ketemu polisi yang melotot. Saya melaju dengan percaya diri sambil berpikir, betapa rapinya saya hari ini, sampai itu polisi melotot begitu. Sampai di bandara, pas mau buka helm...darah turun di kaki. ternyata saya tidak pakai helm saudara2. pantas itu polisi melotot. demi langit dan bumi, bagaimana saya pulang?
Belum kenal banyak orang Manggarai di kuta, tiba kepikiran pinjam helm ke kompi tentara. pasti banyak orang Timor di sana. saya lupa siapa yang akhirnya meminjamkan helm waktu itu. atau saya tiba2 pulang dengan jilbab tertutup sampai kepala, tapi setidaknya motor teman tadi selamat sampai pulang, dan dandanan rapi tadi membuat saya di terima jadi pelayan warung! Pencapaian hebat saat itu. Tugas saya , buat kopi dan menyediakan nasi rata2 buat sopir2 taxi dan guide di bandara. ah, jadi pelayan. makan gratis. itu baik adanya.

.......................bersambung.............
baca lanjuttannya nanti tentang kejar2an olahraga pagi dengan polisi KP3 karena melompati pagar bandara untuk menghemat waktu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oleh-oleh dari Ruteng