what married is about

 


Libur Natal dan Taon baru? Pulang kampong dong, dengan semangat 45, apalagi buat single mom yang terpaksa menitipkan anak ke tempat mama, secara ngkuli sama orang yang jadi harus pindah-pindah tempat kerja, tapi untungnya organisasi ini mengerti dengan kebutuhan orang tua tunggal seperti saya ini jadi acara menjenguk anak selalu di support. Dan pertanyaan paling membosankan dan sangat basi karena di Tanya berulang-ulang kali adalah kapan menikah? Bah! Mana aku tau kapan menikah, emangnya aku harus pergi mencari laki-laki di luar sana dan bawa spanduk “Marry me or I mutilate you? Nanti juga bakal nikah lah.dan kalaupun tidak, emang keliatan suffer banget selama ini? atau sebaliknya? Beberapa keluarga bilang jangan terlalu pemilih dsb, lah mending aku yang secantik Dian Sastro gitu di bilang pemilih. Pemilih dari hongkong! Kebeneran aja yang mendekat gak ada yang mutu sejauh ini. Sorry exs….hehehehehe…
Lagian buat single mom kayak aku ini kan mesti mikirin anak juga. Mau gak itu calon Mr. Right terima aku satu paket sama anakku? Setidaknya sih itu criteria no.1.
Terus criteria lainnya apa dong…hasil pengalaman dan pencarian selama ini sih menurutku mesti ngerti beberapa point ini:
1. Act speaks louder than word. Gak penting banget bilang I love you 10 x sehari tapi nyatanya rasa cinta dirinya alias egois tingkat dewa-nya jauh lebih menonjol daripada toleransinya.
2. Menikah bukanlah sebuah bentuk pengekangan apalagi penjajahan. Kita punya porsi yang sama dalam soal hak dan kewajiban. Suami bisa punya teman, kita juga dong, suami keluar maen billiard, kita dong, arisan kek, apa kek. Pokoknya kita juga harus bisa punya “me time” atau personal space atau waktu pribadi bukannya yang lengket kemana-mana sama suami, atau yang kayak buronan mesti wajib lapor, komunikasi penting tapi jangan over dosis. Lebih keren lagi kalau teman suami, teman kita juga, begitu pun sebaliknya. **ngarep*
3. Menikahlah dengan seseorang yang membuat kita bahagia. Bila pasanganm kita adalah seseorang yang bisa membuat kita lebih percaya diri, lebih mampu berpikiran positif, dan selalu punya cara untuk membuat kita tertawa, menikahlah kita. Bukannya nyinyir tentang berat badanlah, rambutlah, kakilah, lah kalau aku langsing, dan cantik, mau gak loe laki-laki di suruh berubah jadi Ariel (Noah)?
4. Bila tu laki bisa menghargai orang lain dengan hormat, maka harusnya dia juga mampu menghargai kita dengan sepantasnya. Ini sih kudu! Kalau gak, tendang dia ke laut sebelum dia berkembang biak! Kalau dia jago renang, ikat kakinya pake batu trus tendang ke laut!
5. Mariage is all about sharing. Bukan hanya berbagi hidup, tapi juga tanggung jawab dan kewajiban. Ingat! Kodrat perempuan itu cuma datang bulan, menyusui dan melahirkan! Masak, mencuci dan mengasuh anak bisa berbagi tugas! Menurutku sih…

Trus kenapa belum married juga? Hehehehe…belum beruntung aja seperti yang lain…**njawab sambil nutup muka dan kabur….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oleh-oleh dari Ruteng